Siti Salamah dan Gerakan Mengubah Sampah Menjadi Harapan

Sumber gambar : radioidola.com

Pagi itu suasana di salah satu sudut Tangerang terasa riuh. Aktivitas warga bercampur dengan dering gerobak pemulung yang melintas. Di sebuah tempat pengumpulan sampah, beberapa pemulung terlihat sibuk memilah plastik, kertas, serta botol bekas. Gerakan tangan mereka menunjukkan keahlian yang terbentuk dari rutinitas panjang. Pemandangan tersebut sering dianggap biasa oleh sebagian orang, namun justru menjadi titik awal lahirnya sebuah gerakan perubahan.

Di balik tumpukan sampah yang terus bertambah, terdapat realitas sosial yang tidak banyak disadari. Pemulung yang berperan dalam rantai daur ulang sering terpinggirkan dari sisi ekonomi maupun penghargaan sosial. Situasi itu memantik kepekaan Siti Salamah, perempuan asal Tangerang yang kemudian dikenal sebagai penggagas Waste Solution Hub atau WasteHub. Baginya, sampah bukan sekadar masalah, melainkan kesempatan untuk menciptakan solusi yang menyentuh aspek lingkungan dan kemanusiaan sekaligus.

Waste Hub, Mengubah Sampah Menjadi Harapan


Pada tahun 2018, Siti bersama rekannya, Lita, memutuskan membangun WasteHub. Inisiatif ini berangkat dari gagasan sederhana. Jika dikelola dengan baik, sampah dapat menjadi pintu untuk menciptakan peluang ekonomi, meningkatkan kesejahteraan, dan mengubah stigma terhadap pemulung. WasteHub dirancang sebagai bisnis sosial berbasis kolaborasi dan edukasi. Pendekatannya tidak hanya bertumpu pada teknis pengelolaan limbah, tetapi juga pada pemberdayaan manusia yang berada di baliknya.

WasteHub memiliki empat pilar utama. Pertama, Consulting, yang menjembatani kerja sama antara komunitas, lembaga, dan dunia usaha untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang saling menguntungkan. Kedua, Creating, yang menekankan pentingnya sistem tata kelola sampah yang terstruktur dan memanfaatkan teknologi. Ketiga, Empowering, yang memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pemulung agar memiliki keterampilan tambahan dan kesempatan meningkatkan kesejahteraan. Keempat, Solving, yang menghadirkan solusi nyata atas kebutuhan dasar pemulung seperti akses kesehatan, sanitasi, dan program sosial.


Selama perjalanannya, WasteHub menunjukkan dampak signifikan. Lebih dari 23.000 orang telah mengikuti edukasi mengenai pengelolaan sampah berkelanjutan. Sedikitnya 10 proyek lingkungan telah dilaksanakan dan melibatkan relawan dari berbagai latar belakang. Lebih dari 1.200 pemulung menerima manfaat pemberdayaan langsung, sementara lebih dari 3.000 paket sembako telah disalurkan sebagai bagian dari dukungan sosial. Perubahan tersebut menjadi bukti bahwa pendekatan lingkungan bisa berjalan seiring dengan peningkatan martabat manusia.

Dedikasi Siti tidak hanya mendapat apresiasi masyarakat, tetapi juga pengakuan nasional. Pada tahun 2021, ia meraih penghargaan SATU Indonesia Awards sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusinya dalam memberdayakan pemulung dan menciptakan solusi pengelolaan sampah yang inovatif. Penghargaan ini sekaligus menjadi penanda bahwa gerakan yang ia bangun beresonansi luas dan memberi dampak nyata bagi masyarakat.

Kisah WasteHub mengingatkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari kepekaan terhadap persoalan sehari hari. Banyak orang melihat sampah sebagai beban, namun Siti melihat peluang untuk menciptakan nilai melalui kolaborasi. Langkah yang ia mulai dari sudut kecil Tangerang kini menginspirasi banyak pihak untuk memandang pengelolaan sampah dengan perspektif baru. Kota yang bersih bukan hanya terlihat dari lingkungannya, tetapi juga dari peningkatan taraf hidup manusia yang bekerja di baliknya.

Gerakan yang digagas Siti Salamah menjadi contoh bahwa kepedulian mampu berkembang menjadi gerakan transformatif. Dari sudut kecil di Tangerang, tersimpan pesan kuat. Siapa pun dapat menjadi agen perubahan, asalkan memiliki empati dan keberanian untuk bertindak. Pada akhirnya, mengelola sampah bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga soal kemanusiaan. Gerakan ini menunjukkan bahwa mengelola sampah tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga soal kemanusiaan. Jika ada empati, komitmen, dan keberanian untuk bertindak, perubahan bisa terjadi bahkan dari hal yang dianggap paling remeh sekalipun.

 

Komentar

Postingan Populer